Sabtu, 04 Oktober 2008

Taylor Lautner (Jacob Black)

Ha! this is my favorite kid..




(taylor shared his bad habit-bouncing knees, same like me)



(taylor introduced himself as Jacob Black in upcoming movie "TWILIGHT")

Jumat, 03 Oktober 2008

Twilight's Jacob Black


Ok, i think this boy is really cute (even he's YOUNGER than me, ugh.)
because of that, i do love Jacob Black more than Edward Cullen. Ha!
Alright, he's..

Taylor Daniel Lautner (The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D, Cheaper by the dozen 2)
Nationality : (of course) American
Birthdate : February 11, 1992 (age 16)
Height : 5 ' 9 " (175 cm) sadly, Robert pattinson (Edward) is still taller than him


my thoughts- omyGod! His really Jacob Black! look at his skin and his white teeth.

And he always smile in every interview!


can't wait to see him in Twilight next December!

Taylor Lautner (Jacob Black) and Gil Birmingham (Billy Black)

The image “http://farm4.static.flickr.com/3249/2604690944_c141237f58.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.




Kamis, 02 Oktober 2008

McFly

McFly - UK's pop boyband (2004-present)

the members are Danny Jones (lead vocals/guitar), Tom Fletcher (lead vocals/guitar), Dougie Poynter (lead vocals/bass guitar), Harry Judd (drums)


They played in JUST MY LUCK (2006) as them self. They have good songs, and good vocals too. These are the songs:


McFly - I've Got You
McFly - Too Close for Comfort
McFly - 5 colours in her hair
McFly - All about you





McFly performance in JUST MY LUCK

This song is so... awesome!

bwt kakak2 nidji..

Two thumbs up. I adore you!!

argh..wkt dnger lagu ini, liat di MV dan melihat pas endingnya di film laskar pelangi, rasanya mau nangis.. T.T
gw jadi pengen tinggal di desa.. gyahaha [pengen live in lagi]
lagu & filmnya menyentuh skali..

ini dia baru film indo yang brkualitas! :) gw berharap akan banyak lagi muncul film2 kyk gni di masa yg akn datang

MV - LASKAR PELANGI by NIDJI

Rabu, 24 September 2008

Laskar pelangi - Nidji

Laskar Pelangi - Nidji

mimpi adalah kunci

untuk kita menaklukkan dunia

berlarilah tanpa lelah

sampai engkau

meraihnya

 

laskar pelangi

takkan terikat waktu

bebaskan mimpimu di angkasa

warnai bintang di jiwa

 

reff

menarilah dan terus tertawa

walau dunia tak seindah surga

bersyukurlah pada yang kuasa

cinta kita di dunia

selamanya...

 

cinta kepada hidup

memberikan senyuman abadi

walau hidup kadang tak adil

tapi cinta lengkapi kita

 

laskar pelangi

takkan terikat waktu

jangan berhenti mewarnai

jutaan mimpi di bumi



Selasa, 23 September 2008

TWO VERSION!

Hingga akhir waktu - Nineball                 

ku coba untuk melawan hati
tapi hampa terasa di sini tanpamu
bagiku semua sangat berarti lagi
ku ingin kau di sini
tepiskan sepiku bersamamu

*
takkan pernah ada yang lain di sisi
segenap jiwa hanya untukmu
dan takkan mungkin ada yang lain di sisi
ku ingin kau di sini tepiskan sepiku bersamamu

bagiku semua sangat berarti
ku ingin kau di sini
bagiku semua sangat berarti lagi
ku ingin kau di sini

Till the end of time - Christian bautista

I try to resist what my heart feels

But I'm falling into pieces

Drifting further away from you
Everything won't seem right
If you were here with me
You'd brush away this loneliness from me

(1)
There will never be another by my side
Because all I am is just for you
And there can never be another by my side
I need you here with me

And brush away this loneliness from me

Everything was seem so right
If you were here with me
Everything was seem right.. once again
I need you here with me

Go to: (1)
You'd brush away this loneliness from me

Till the end of time... 
{x2}


Yep, jadi CB menyanyikan ulang lagu "Hingga akhir waktu" yang di translate ke inggris, dan memang sih*tidak bermaksud untuk menjatuhkan* menurut gue lebih dapet feelnya dan lebih SO SWEET..

dan ini juga merupakan suatu tanda bahwa Lagu Indonesia, enggak semuanya jelek.. sampe2 Christian Bautista dari negara tetangga aja tertarik sama ini lagu..


Selasa, 16 September 2008

YOU

You, are my life, my heart and my soul
I need You as my everything
And always be by my side
I love You more than anything in this world

Since I knew You, my life won't be the same
You give me courage to face the world 
Everyday and everytime
You make me feel the miracle in my life

Don't go away from me, 
'cause I can't live if You not be me with me

I promise to myself, to never hurt Your heart
to always praise You, wherever I am
to listen what You'd said, to serve You with my heart
Because You are my savior, and the only one
until forever, I give my whole life
for You...
JESUS

Jumat, 12 September 2008

I WANT IT!!!!!!!!!!!!!

Sony Ericsson W595..


anjrit.. ini HP baru aja di rilis bulan juli, dan blum kluar di Indo dan gw blom tau harganya.. (tapi yang pasti tahun ini udah ada)

tp gw harus bli, dan menggantikan HP gw yang memang baru berumur beberapa bulan itu, karena gue enggak jadi bli spectra dv 1...
hahahaha

knp gw tergiur?

1. Jelas, karena warnanya biru
2. Fungsi2 nya keren deh.. 
     Kamera 3.15 mega pixel + video recorder and bisa video call, walkman player, FM Radio with RDS, Track ID Recognition, Shake Control, dan beberapa lagi. Tapi yang penting adalah yang di bold itu..

Tukar tambah tukar tambah...



I CAN'T WAIT!!


    

Kamis, 11 September 2008

You are my everything...

You are my everything 
Glenn Fredly

Cruising when the sun goes down
Cross the sea
Searching for something inside of me

I would find all the lost pieces
Hardly feel deep in real
I was blinded now I see

Hey hey hey you're the one
Hey hey hey you're the one
Hey hey hey I can't live without you

Take me to your place
Where our heart belongs together
I will follow you
You're the reason that I breath

I'll come running to you
Fill me with your love forever
Promise you one thing
That I would never let you go
'Cause you are my everything

You're the one, you're my inspiration
You're the one, kiss, you're the one
You're the light that would keep me safe and warm
You're the one, kiss, you're the one

Like the sun goes down, coming from above all
To the deepest ocean and highest mountain
Deep and real deep I can see now



"because you are my everything, I'll give you everything.."  :)

Senin, 08 September 2008

CERPEN #5 (tapi lumayan panjang sih)


Hey, Mister Superstar!

“Jonah!!”

Pintu apartemen Jonah diketuk dengan keras dari luar, sehingga memaksa Jonah untuk berdiri dari sofa-nya yang nyaman. Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Dengan malas, Jonah harus membuka pintu itu.

            “Jon, lo harus liat apa yang gue temuin di jalan tadi.” Belinda menarik tangan Jonah untuk keluar dari apartemen.

            “Apaan?”

            “Udah, liat aja!”

            Mereka menuruni lift untuk menuju ke tempat parkir. Belinda terlihat tegang. Ekspresinya itu membuat Jonah sulit menebak apa yang ditemui Belinda di jalan. Apakah itu anjing jenis retriever mahal yang tersesat? Atau sebuah handphone mahal yang terjatuh di mall?  Entah apa itu, Jonah jadi penasaran.

            Mereka sampai di depan mobil honda jazz berwarna biru muda milik Belinda. Gadis itu membuka pintu mobilnya, dan di sanalah Jonah mengetahui apa yang ditemukan Belinda.

            “Oh my God.” gumamnya, kaget setengah mati.

            Itu bukan anjing ataupun handphone ataupun benda mati yang ada di kursi belakang mobil Belinda, melainkan seorang pria. Pria bule dengan wajah rupawan sedang tertidur di jok mobil. Jonah memandang Belinda, dengan tatapan penuh tanya.

            “Jadi, lo nemuin Danny Jones di jalan?” tanya Jonah.

            “Ya. Sama seperti lo, gue juga hampir pingsan waktu nemuin dia udah tergeletak di antara tumpukkan sampah di dekat bar di jalan Wirajaya.”

            “Bel, besok malam dia manggung di JHCC.”

            “Gue tau! Terus gimana ini? Dia terpisah dari kawanannya.” Belinda melemparkan pandangan prihatin pada sosok idolanya itu. Danny Jones adalah salah satu personil grup band asal Australia bernama The Heroes, yang akan konser di Jakarta. Jonah dan Belinda adalah penggemar berat mereka. Mereka rela mengeluarkan uang ratusan rupiah untuk mendapatkan tiketnya. Diantara 4 personil The Heroes, Danny Jones sang vokalis-lah yang merupakan pujaan hati Belinda. Dan dia tidak pernah bermimpi akan menemukan Danny ditumpukkan sampah, dalam keadaan mabuk dan tidak sadarkan diri.

            “Kita mesti gimana, nih? Apa jangan-jangan nanti gue ditangkap polisi karena dianggap menculik artis asing?”

            “Bel, enggak usah lebai deh. Udah bagus lo yang menemukan dia, daripada wartawan? Habislah sudah reputasinya sebagai bintang besar. Mendingan, sekarang kita bawa dulu dia ke atas.”

            “Ke apartemen lo aja, Jon! Bokap nyokap lo lagi pergi kan?”

            Jonah memapah Danny keluar dari mobil Belinda, dan membawanya ke apartemennya. Dia tidak terlalu mengalami kesulitan karena Danny memiliki tinggi  yang hampir sama dengannya.

            “Uh, gila! Dia mabuk berat! Bau banget!” seru Jonah, tidak tahan dengan bau alkohol dari mulut Danny.

Tetapi bagi Belinda, dia tidak peduli. Dia masih syok. Dia tidak percaya bahwa dia telah bertemu Danny secara langsung. Selama ini, dia hanya melihat Danny dari internet dan TV kabel.  Saat mengetahui The Heroes akan konser di Jakarta, Belinda senang bukan main seperti menemukan uang miliyaran rupiah. Dia langsung memaksa Jonah untuk mengikuti ide-nya, yaitu menghabisi tabungan untuk membeli tiket The Heroes.

Sebelumnya, Danny hanya muncul di mimpinya saja. Namun sekarang, dia ada di sebelahnya, dipapah Jonah, dalam keadaan tertidur. Dia merasa sangat-sangat-sangat beruntung! Rasanya dia tidak ingin mengembalikan Danny ke kawanannya. Dia ingin agar Danny terus berada di apartemennya dan tinggal bersamanya!

“Bel, tolong lo bantuin gue bukain pintunya.” pinta Jonah, sambil melemparkan kunci pintu kepada Belinda. Belinda menangkapnya dengan sigap, lalu pintu terbuka, dan Jonah menjatuhkan Danny ke sofa-nya.

Sementara Jonah pergi untuk mengambil sesuatu di kamarnya, Belinda duduk di sebelah Danny. Dia terus memperhatikan si Mister SuperStar asal Australia itu. Dia sangat menawan. Rambut pendeknya yang berwarna hitam, alisnya yang agak tebal, hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis dan menggoda, serta sebuah tahi lalat di sudut kiri bawah bibirnya. Kulitnya putih, dan badannya tinggi. Dia punya suara khas yang enak di dengar. Pokoknya, nyaris sempurna. Rasanya Belinda ingin menangis, ini bukan mimpi!

Jonah datang dengan membawa sebuah bantal dan selimut. Sejenak, dia juga ikut memperhatikan Danny.

“Pasti jaket-nya mahal.” katanya singkat.

            “Semua  yang melekat di badannya itu mahal.” kata Belinda melengkapi. Dari jaket putih, t-shirt hitam, jeans belel, sampai ke sepatu ketsnya adalah barang ber-merk. Setidaknya kalau dihitung di dalam rupiah, pasti jadinya sangat mahal.

            “Jon, ambil kamera lo. Cepetan!” seru Belinda. Dia tidak mungkin melewatkan kesempatan untuk berfoto dengan Danny di kala dia tidur.

            “Tapi lo jangan kasih liat ke teman-teman lo. Biar jadi arsip pribadi aja. Kalo enggak, lo bisa repot di tanya macem-macem.”

            “Sip lah. Buruan deh!”

            Jonah segera mengikuti perintah Belinda. Akhirnya, impian Belinda untuk berfoto langsung dengan Danny pun terwujud. Perlahan-lahan Belinda memegang rambut Danny, menyusuri hidung mancungnya dengan telunjuknya, lalu berhenti di bibir.

            “Heh, dia jangan diperkosa.” kata Jonah memperingatkan.

            “Enggak lah. Gila aja lo. Gue kan cuma mau main-mainin doang. Malam ini dia jadi Danny Bear gue.”

            “Terserah deh. Oh ya, lo belom cerita, gimana kronologisnya lo bisa nemuin dia, di JALAN?”

            “Jadi gini.” Belinda mengatur duduknya dengan baik, baru melanjutkan ceritanya pada Jonah, “Tadi, gue habis pulang dari party-nya Rara, di cafe yang ada di jalan Wirajaya. Terus, tiba-tiba gue liat, ada orang berantem di deket bar. Gue enggak berani mendekat karena gue juga takut jadi sasaran. Yang gue liat sih, ada beberapa preman yang ngeroyok seseorang dan semua barang orang itu diambil, kayak dompet, handphone, jam tangan, terus si orang ini ditinggalin aja di deket plastik-plastik sampah gitu. Itu preman langsung naik ke mobil dan kabur. Di jalan itu bener-bener lagi sepi, jadi enggak ada orang yang tau kejadian itu kecuali gue. Langsung gue samperin aja si korban. Begitu gue mendekat, gue syok. Ternyata yang dikeroyok itulah si Danny ini.”

            “Terus, luka-nya udah lo bersihin ya?”

            “Ya udahlah. Masa gue biarin wajah dia yang berharga ini berdarah? Untung gue sedia plester di tas gue.”  Belinda telah menempelkan plester di sisi kanan bibir Danny, dan di bawah mata kiri sehingga lukanya tertutup, tetapi dia tidak bisa menghilangkan memar yang ada di sebelah mata kanan Danny. Dia mengambil es batu dari kulkas Jonah, membungkusnya dengan sapu tangannya, lalu di gunakannya untuk menyembuhkan memar Danny. “Kasihan dia. Kira-kira, kawanannya nyariin enggak ya?”

            “Menurut lo, Bel? Besok dia mau konser.”

            “Kenapa dia keluyuran sendiri di bar?”

            “Mana gue tau! Tanyalah sama orangnya, kalau udah bangun. Palingan besok dia baru bangun. Besok lo balik aja ke sini pagi-pagi.”

            “Tapi gue enggak lancar bahasa Inggris.”

            “Ah, norak lo. Apa gunanya lo belajar bahasa Inggris dari SD kalau enggak mau di latih?”

            “Ya udah. Bantuin gue.”

            “Oke-oke. Pulang, gih! Gue mau tidur. Gue ngantuk!” seru Jonah, mengusir Belinda secara halus.

            “Eh, Danny aman kan disini?” Belinda seperti tidak rela untuk kembali ke apartemennya yang ada di satu lantai di atas Jonah.

            “Iya-iya. Enggak ada yang mau nyolong dia kok, tenang aja.” jawab Jonah dengan santai.

***

Hotel Mulia Jakarta, Jam 8 pagi

            Alright, boys. This is your  today’s schedule. After breakfast, you’ll have to fit for your  costume, and after that, you’ll go to the location (Oke, anak-anak. Inilah jadwal kalian hari ini. Sehabis sarapan, ada fitting kostum, lalu langsung ke lokasi.)”  kata Jim, manajer The Heroes kepada anak-anaknya di salah satu kamar mereka.

            Jim, Danny’s not here (Jim, Danny tidak ada disini.)”  seru Simon. Jim berhenti melihat PDAnya. Dia berpaling, dan melihat. Di sana hanya ada Simon, Mike dan Jared. Satu orang lagi tidak ada.

            Where’s he? (Mana dia?)”

            “We don’t know. It seems that he ran away since last night. When I woke up in the morning, his bed was empty and still neat, just like nobody had slept there (Kami tidak tau. Sepertinya dia sudah kabur dari semalam. Begitu aku bangun tadi pagi, ranjangnya kosong, dan masih rapi seperti tidak ada yang tidur disana.)”  jelas Mike yang satu kamar dengan Danny. 

            “SEARCH HIM! What’s on his mind? Damn, he always makes trouble! (CARI DIA! Apa sih yang dipikirkannya? Sial, selalu saja buat masalah!)” Jim emosi. Dia segera keluar dari kamar itu dan berteriak pada semua kru untuk mencari Danny. Suaranya yang menggelegar membuat perintahnya langsung dipatuhi. Mike mengeluarkan handphonenya dan menghubungi Danny.

            “His cellphone is dead (Handphone-nya mati.)” Mike bersandar pada dinding. Dia putus asa.

            “Jim will kill him when he found him later (Jim akan membunuhnya kalau dia ketemu nanti.)”  seru Jared, yang memilih untuk duduk di kursi berlengan di pojok ruangan yang nyaman.

            Simon merebahkan dirinya di ranjangnya. “Where’s that Danny boy? We’re not gonna perform without him, right? (Dimana si Danny boy itu? Kita tidak mungkin tampil tanpa dia, kan?)”

            “I can’t sing (Aku tidak bisa menyanyi.)” kata Mike, dengan tatapan kosong.

            “Nobody could imitate ‘Danny’s sexy voice’ (Tidak ada yang bisa menirukan ‘suara seksi Danny.’  Jared menimpali.

*** 

Apartemen Jonah, pukul 9 pagi

            Danny membuka matanya. Cahaya matahari yang masuk ke ruangan itu menyilaukannya, dan membuat dia mengerutkan dahi. Pandangannya jatuh pada langit-langit ruangan. Dia langsung menyadari, dia tidak berada di kamar hotelnya. Dilihatnya, ada dua pasang mata yang sedang memperhatikannya.

            “Where is this? (Dimana ini?)”  suaranya terdengar serak. Dia mengerang kesakitan, karena wajahnya terasa perih akibat pukulan preman semalam.

“Eeh, It’s.. my apartment (Eeh, ini.. apartemenku.)” jawab Jonah.

            “Who are you? (Siapa kalian?)”  

            I’m Jonah, and this is my friend, Belinda. (Aku Jonah, dan ini temanku, Belinda.)”

Belinda mengulurkan tangannya yang gemetaran. Dia sangat berharap Danny membalasnya.

            “Danny Jones.”  seru Danny sambil membalas tangan Belinda. “By the way, can you tell me WHY I’m here? (Ngomong-ngomong, bisakah kalian memberitahu mengapa aku ada disini?)”

            “So, Belinda found you last night in the garbage near a bar, and you were unconscious (Jadi, Belinda menemukanmu tidak sadarkan diri di dekat tempat sampah, di dekat sebuah bar.)”

Danny diam. Dia serius mendengarkan penjelasan Jonah.

            “You were drunk. Some street guy had beat you up, and they took all of your things. (Kau mabuk. Kau habis di hajar oleh beberapa preman, dan semua barangmu diambil.)” Jonah menceritakan persis seperti apa yang diceritakan Belinda semalam.

Danny menyisir rambut hitamnya dengan jarinya, dan wajahnya tampak seperti sedang berpikir.

            “Yeah, I remember that. Yesterday, I drank too much. When I was on the way back to my hotel, some guy beat me up. After that, I didn’t know what happen next ( Yeah, aku ingat Kemarin aku memang minum terlalu banyak. Saat aku mau kembali ke hotel, ada beberapa orang yang menghajarku. Lalu aku tidak tau lagi apa yang terjadi.)”

            “After that, Belinda took you to my apartment. But, did you go to the bar by yourself? (Setelah itu aku membawamu ke apartemen ini. Tapi, apakah kau ke bar sendirian?)”

            “Yes. I ran away from the hotel. I can’t sleep, so I looked for a place to drink (Aku kabur dari hotel. Semalam aku tidak bisa tidur, jadi aku mencari tempat untuk minum.)”

Jonah menyadari hanya dialah yang bersuara sejak tadi, sedangkan gadis di sebelahnya diam saja. Belinda terlalu terpana dengan Danny, sehingga dia keasyikkan memperhatikan cara bicara Danny. Matanya tidak lepas dari wajah cowok bule itu.

            “Eh, kok lo diem aja sih?” bisik Jonah sambil menyikut Belinda.

            “Lo aja deh yang ngomong, gue ngedengerin aja.”  sahut Belinda.

            Guys, can I use your bathroom? (Teman, apakah aku bisa menggunakan kamar mandi-mu?)”

            Sure. It’s over there. (Tentu, ada di sebelah sana.)” Jonah menunjuk ke sebuah pintu yang tidak terlalu jauh dengan mereka.

Saat Danny sudah menjauh, Belinda mencengkeram tangan Jonah, “Jon, Danny masuk ke kamar mandi lo!!”

            “Terus?”

            “Kok lo enggak antusias sih? Idola gue, Idola kita masuk kamar mandi lo!  Sebuah fenomena besar kan?”

            “Bel, berhentilah bersikap terlalu lebai. Dia hanya menggunakan kamar mandi, oke?”

            “Pokoknya gue harus minta tanda tangannya. Jon! Bilangin sama dia, gue mau dia tanda tangan di tembok kamar gue.”

            “Lo gila ya? Tembok kamar kok di coret-coret.”

            “Khusus untuk Danny, gue persilahkan untuk mencoret-coret tembok gue! Dia mau gambar-gambar di seluruh tembok kamar gue juga enggak apa-apa.”

            “Dasar.”

            “Kapan lagi sih, Jon? Kita beruntung! Gue beruntung nemuin dia di deket tempat sampah kemarin! Kita berhasil ‘menculik’ dia dari kawanannya secara enggak langsung! Ternyata Tuhan mengabulkan doa gue untuk ketemu Danny, secara nyata, enggak dalam mimpi! Anjrit, lo harus tau. Kemarin malam gue enggak bisa tidur karena gue terus kepikiran, Danny Jones tidur di sofa yang terletak satu lantai di bawah gue. It’s amazing! It’s miracle!

            “OKE, Belinda.. Saatnya lo bersikap normal kembali.”

            “Memangnya daritadi gue enggak normal?”

            “Enggak. Lo LEBAI.”  kata Jonah, tepat di depan wajah Belinda. Lalu, dia berjalan ke kamarnya. Dilihatnya Danny sedang membuka kran wastafel, mengisi gelas Jonah yang diambilnya dari rak sikat gigi dengan air kran, dan hendak meminumnya.

            Hey! Don’t drink that water (Hei! Jangan minum air itu.)” teriak Jonah.

Danny menengok dengan wajah penuh tanya, “Why? I’m thirsty (Kenapa? Aku haus.)”

            “The water’s not clean. You have to boil it first if you want to drink. It’s not like in Australia (Airnya tidak bersih, kau harus merebusnya dulu kalau mau minum. Ini tidak seperti di Australia.)”

Sepertinya Danny baru mengerti. Tidak di semua negara dia bisa melakukan hal itu, minum air langsung dari kran wastafel.

            I can give you a drink if you want  (Aku bisa memberimu minum kalau kau mau.)”

            “Alright, thanks (Baiklah, terima kasih.)”

Danny keluar dari kamar mandi itu, lalu kembali duduk di sofa Jonah. Penampilannya sudah lumayan rapi dibandingkan saat dia baru bangun tidur tadi. Danny Jones yang asli jauh lebih tampan dibandingkan dengan yang di foto atau di TV.

Dia memperhatikan ke sekeliling ruangan. Apartemen Jonah bersih dan terawat.

“I like your place. Clean and comfortable (Aku suka apartemenmu. Bersih dan nyaman.)”

“Thanks. I thought  yours is better. (Terima kasih. Aku berpikir punyamu lebih baik.)” sahut Jonah dari dalam dapur.

“Not really. I share my apartment with Jared, and we don’t like to clean ours. We’re too busy with our job. (Tidak terlalu. Aku tinggal bersama Jared dan kami tidak suka membersihkan apartemen kami. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan.)

            “Do you live here alone? (Apakah kau tinggal disini sendirian?)” tanya Danny lagi.

            “No. I live with my parents actually, but they’re on a trip right now outside the country. Business things  (Tidak. Sebenarnya aku tinggal dengan orangtuaku, tetapi mereka sedang berada di luar negeri. Urusan bisnis.)”  jawab Jonah, sambil memberikan sekaleng coca-cola pada Danny.

            Thanks (Terima kasih.)”  Danny meneguk minumannya. Lalu, pandangannya jatuh pada Belinda, yang saat itu sedang berdiri di hadapannya.

            Hey, why are you not get a sit? (Hei, kenapa kau tidak duduk?)”

Suara yang keluar dari mulut Belinda terdengar seperti ‘ah..uh..’, dia terlalu gugup.

            Come on, sit here (Ayo, duduk di sini.)”  Danny bergeser, dan memberikan ruang duduk untuk Belinda di sofa milik Jonah itu. Dengan malu-malu, Belinda duduk di sana.

            She’s such a big fans of you. And I think she’s a little bit shy (Dia adalah penggemar berat-mu,dan aku pikir dia malu-malu.)” jelas Jonah.

            Oh, I’m sorry by the way, I forgot your name (Oh, ngomong-ngomong aku minta maaf. Aku lupa namamu.)”

            “Belinda.” kata Belinda, dengan volume suara super-duper kecil.

            “Sorry? (Maaf?)”

            “Belinda.” kata Belinda lagi, masih dengan volume yang sama.

            Her name is Belinda (Namanya Belinda.)”  seru Jonah, tidak sabar dengan kelakuan Belinda.

            Oh, Belinda. Nice to meet you (Oh, Belinda. Senang berkenalan denganmu.)”  Danny mengulurkan tangannya, sehingga membuat Belinda berjabat tangan dua kali dengan Danny.

            She’s not gonna wash her hands later (Dia tidak akan mencuci tangannya nanti.)” jelas Jonah, yang sudah tau persis tingkah laku temannya itu. Dia sudah memahami sikap Belinda yang cenderung suka berlebihan alias lebai.

            Danny tertawa. Sikap tawa yang amat manis, persis seperti yang ada di video-video koleksi Belinda, yang di downloadnya dari situs internet.

            She wants your autograph. On her bedroom wall. (Dia mau tanda tanganmu, di tembok kamarnya.)”

Belinda mengangguk dengan semangat, tanpa bersuara. Danny tertawa lagi.

            Alright. Where’s your room? (Baiklah. Dimana kamarmu?)”

Belinda mengacungkan telunjuknya ke atas, memberi isyarat bahwa kamarnya ada di atas.

            Upstairs? (Di atas?)” tanya Danny. Belinda mengangguk lagi.

            Oke, why do you not speak? (Oke, kenapa kau tidak bicara?)”  

Gadis itu diam saja. Danny tertawa kecil. “It’s alright, I only want to hear your voice (Tidak apa-apa, aku hanya ingin mendengar suaramu.)”

Belinda tetap kekeuh mengunci mulutnya rapat-rapat.

            “Do you have smelly breath? (Apakah kau punya nafas yang bau?)”

            “No!”  bantah Belinda.

            Aha! I did it. (Aha! Aku berhasil.)” kata Danny dengan girang, karena dia berhasil melancarkan trik-nya kepada Belinda. Jonah yang duduk di kursi sebelah mereka juga ikut-ikutan tertawa. Wajah Belinda merah padam.

            Well, how old are you, guys? (Umur kalian berapa?)”

            “We’re seventeen (Kami tujuh belas.)”  jawab Jonah.

            “Same like you, and my birthday also in August. I’m younger than you for two days (Sama sepertimu, dan ulangtahunku juga sama-sama di bulan Agustus. Aku dua hari lebih muda darimu.)”  kata Belinda. Akhirnya dia mau berbicara juga.

            Wow, that’s cool. I can send you a birthday present next year. Just give me your address. (Wow, itu keren. Aku bisa mengirimkan hadiah ulangtahun untukmu tahun depan. Berikan saja alamatmu.)”

            “Really? That’s awesome! Thanks  (Benarkah? Itu menakjubkan sekali! Terima kasih.)”  Belinda menendang kaki Jonah, dan berkata “Gila! Asyik banget!” dengan bahasa bibir, tanpa suara. Dengan cepat, dia pergi mencari kertas, menuliskan alamatnya disana, dan memberikannya pada Danny. Dia tidak mungkin menolak hadiah ulangtahun dari Danny Jones.

            Can I also send you a birthday present next year? (Bisakah aku juga mengirimkanmu hadiah ulangtahun untuk tahun depan?)”  tanya Belinda malu-malu, dan sangat berharap Danny mau.

            If you like. I appreciate that. You can check the address on our website. (Jika kau berkenan. Aku menghargai itu. Kau bisa mendapatkan alamatnya di website kami.)”

            Danny, tonight you have a concert, right? You have to go back to the hotel. Everyone must be looking for you. I’ll take you there. (Danny, malam ini kau konser, kan? Kau harus kembali ke hotel. Semua orang pasti sedang mencari kau. Aku akan mengantarmu ke sana.)” kata Jonah, mengingatkan pada Danny tentang apa yang seharusnya dilakukan.

            Nobody call me (Tidak ada seorang pun yang menelponku.)”  jawab Danny dengan tenang, sambil kembali meneguk coca-colanya.

            Those street guys took your cellphone, too, sir.”  Belinda mengingatkan pada Danny, bahwa sekarang dia sudah tidak punya apa-apa lagi.

            “Shit, they really took all of my things (Shit, mereka memang mengambil semua barangku.)” Danny memeriksa kantung celana jeansnya. Handphone dan dompetnya sudah tidak ada, jam tangannya pun juga lenyap.

            God, Now I have no money and credit cards. Jim would kill me (Tuhan, sekarang aku sudah tidak punya uang dan kartu kredit. Jim akan membunuhku.)”

            “Who is Jim? (Siapa itu Jim?)” tanya Belinda ingin tau.

            “My manager. He’s an explicit and a responsible man. Everyone always respect with him (Dia manajerku. Dia adalah orang yang tegas dan bertanggung jawab. Semua orang selalu mematuhi dia.)”

            “And I’m pretty sure, he’s looking for you now, with all of the crew and your friends. So, I’ll take you back to the hotel, and you can tell them you’re alright and ready to do ‘what you should do’ (Dan aku sangat yakin, dia sedang mencarimu sekarang, bersama semua kru dan teman-temanmu. Jadi, aku akan mengantarmu kembali ke hotel, dan kau bisa memberitahu mereka bahwa kau baik-baik saja dan siap untuk melakukan ‘apa yang seharusnya kau lakukan.’)”  kata Jonah.

            No no no. I don’t want to. Look guys, I’m here with you! I’m ready to have an adventure in this foreign city, for me (Tidak tidak tidak. Aku tidak mau. Sobat, aku disini bersama kalian! Aku siap untuk berpetualang di kota yang asing bagiku ini.)”

            “Are you insane? You are in a concert tour! Not in a ‘tourism’ tour. You’re gonna mess things up (Apakah kau gila? Kau sedang tour untuk konser, bukan untuk berpariwisata. Kau akan merusak segalanya.)”  seru Jonah,memberi sedikit nasihat pada pria bule aneh yang duduk di depannya. Seharusnya, Danny bersiap-siap untuk konsernya nanti malam, tetapi dia malah minta diajak jalan-jalan.

            Don’t worry, Jon. I’ll be there on the stage, on time. This show still go on. I just want to know the city. Tomorrow night, I’ll leave this country. Before that, I need to know a little bit about your hometown (Jangan khawatir, Jon. Aku akan ada di panggung tepat waktu. Pertunjukkan akan tetap berjalan. Aku hanya ingin mengenal kota ini. Besok malam, aku sudah meninggalkan negara ini. Sebelum itu, aku perlu tau sedikit tentang tempat tinggalmu ini.)” Danny melirik jam dinding Jonah, “I only have 8 hours from now. Just take me to your favorite places (Aku hanya punya waktu 8 jam dari sekarang. Bawa aku ke tempat favorit kalian.)”

            Jonah memandang Belinda yang ada di sebelah Danny, berharap Belinda akan memberikan tanggapan atas permintaan Danny.

            “Apa yang mesti ditunggu lagi? Ayo kita jalan!” kata Belinda, yang ternyata sangat setuju dengan ide gila Danny.

            “Lo yakin, ini akan jadi ide yang bagus? Membawa kabur seorang superstar asing yang harusnya manggung nanti malam? Kita malah merusak acara! Bisa-bisa konser gagal karena Danny hilang! Belum lagi, kalau kita ketangkep wartawan di jalan? Kita bisa disangka menculik Danny dan lo bisa menyimpulkan sendiri apa yang akan terjadi selanjutnya.”

            “Tapi kan enggak ada salahnya kalau kita ngajak dia putar-putar Jakarta sebentar? Habis itu kita bisa langsung mengantar dia balik ke hotel. Ayolah, Jon. Gue yang bawa mobil deh!”

            What are you guys talking about? (Apa yang kalian bicarakan?)” tanya Danny, yang sama sekali tidak mengerti percakapan Jonah dan Belinda.

            Nothing. Just wait a little second there (Tidak ada. Kau tunggu sebentar saja disana.)” jawab Jonah, lalu menarik Belinda menjauh dari Danny. Mereka melanjutkan perdebatan tentang masalah Danny yang ingin diajak keliling Jakarta. Setelah beberapa saat, akhirnya Jonah memutuskan untuk mengalah, dan setuju mengabulkan ide Danny.

            That’s awesome! Thanks guys, you’re the best. I promise, I wont dissapoint you tonight. By the way, you’ll gonna be there, right? On my concert? (Itu menakjubkan sekali! Terima kasih, kalian yang terbaik. Aku janji, aku tidak akan mengecewakan kalian malam ini. Ngomong-ngomong, kalian akan disana kan, menonton konserku?)” tanya Danny seraya merangkul kedua teman barunya itu. Terasa ketimpangan yang amat sangat. Tingginya memang hampir sama dengan Jonah, tetapi Belinda jauh lebih pendek dari mereka.

            “Of course. We’ll be there (Tentunya, kami akan disana.)”  jawab Belinda dengan semangat.

            Setelah itu, dia mengajak Danny untuk pergi ke kamarnya dan memintanya untuk menandatangani tembok kamarnya. Danny begitu takjub melihat keadaan kamar Belinda. Temboknya dipenuhi dengan poster-poster The Heroes, disana juga ada salah satu poster dirinya dengan ukuran besar tepat diatas ranjang Belinda. Di meja belajarnya ada beberapa CD album The Heroes yang asli, dan beberapa majalah berbahasa Inggris yang memuat The Heroes disana.

            You’re really a big fans, aren’t you? (Kau benar-benar fans sejati, ya?)” seru Danny, mengomentari keadaan kamar Belinda. Belinda hanya tersenyum. Dengan antusias, dia menyuruh Danny untuk memberikannya tanda tangan yang super besar.

            Can I ask you a favor? (Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?)”

            “Yes. What is that? (Ya, apa itu?)”

            “Please write ‘You are my Eve’ under your signature ‘cause I really love that sentence and also the song (Tolong tuliskan ‘You are my Eve’ dibawah tanda tanganmu, sebab aku sangat suka kalimat itu dan juga lagunya.)”

            “Me too (Aku juga.)”

            Danny menguraikan tanda tangannya besar-besar, dan melakukan apa yang diinginkan oleh Belinda. Belinda sangat puas, semuanya terasa nyata. Danny Jones menginjakkan kaki di kamarnya! Dia tidak akan menyuruh pembantunya untuk mengepel lantai itu. Sebelum Danny pergi, sekali lagi dia meminta berfoto dengannya, untuk menambah koleksi dan menjadi kenang-kenangan yang paling berharga.

***

            Ketiga personil The Heroes lainnya duduk di kursi lobi hotel dengan lesu. Sedari tadi, Jim terus mengomel karena dia belum mendapat kabar dari anak buahnya yang sudah memencar di beberapa tempat untuk mencari Danny. Mereka semua frustasi. Konser itu terancam dibubarkan.

            Any call from Danny? (Ada teleponkah dari Danny?)”  tanya Jim, untuk kesekian kalinya. Mike, Jared dan Simon menggeleng.

            We’ve been searching him for 3 hours. It’s wasting our time (Kita sudah mencarinya selama 3 jam. Ini membuang waktu kita.)”  gumam Mike.

            Think about the worst. What we should do on the stage without Danny? None of us can sing, but the show must go on (Pikirkan untuk yang terburuk. Apa yang harus kita lakukan di atas panggung tanpa Danny? Tidak ada satu pun dari kita yang bisa bernyanyi. Pertunjukkan harus tetap berjalan.)”  ucapan Jared membuat ketiganya berpikir. Mereka harus secepatnya mendapatkan ide tentang apa yang harus mereka lakukan tanpa Danny.

            I’ve got an idea. But we never do this before (Aku dapat ide. Tapi kita belum pernah melakukan ini sebelumnya.)”  Simon menyuruh kedua temannya untuk mendekat.

            Lipsync (Lipsing.)” bisiknya. Ide itu langsung ditentang mati-matian oleh kedua kerabatnya.

            No way. We never lipsync, and we are not gonna lipsync  (Tidak. Kita tidak pernah lipsing, dan kita tidak akan lipsing.)”  kata Jared.

            We’re high class band! We’ll never do that (Kita band kelas atas! Kita tidak akan pernah melakukannya.) ” Mike menambahkan.

            Alright. Does anyone else have a better idea? (Baiklah. Apakah diantara kalian ada yang punya ide yang lebih baik?)”

            “No (Tidak.)” jawab Mike dan Jared berbarengan.

            I think we should pray now. Let God help us solve this problem (Aku rasa kita harus berdoa sekarang. Biarkan Tuhan membantu kita menyelesaikan masalah ini.)” seru Mike, dengan semangat religiusnya. Teman-temannya merasa itu bukan ide buruk, dan mereka mulai mengucapkan doa, berharap Danny secepatnya ditemukan dan pertunjukkan berjalan seperti apa yang dijadwalkan.

***

            Danny sudah berada di kursi belakang mobil Honda jazz milik Belinda. Di kursi depan, Jonah lah yang memegang kendali. Mereka sudah siap untuk membawa si Mister Superstar itu keliling Jakarta.

            “Kita mau bawa dia kemana?” tanya Belinda.

            “Terserah. Yang penting jangan ke mall, bisa-bisa dia habis disana.”

            Serempak, Jonah dan Belinda menghadap ke belakang, dan memperhatikkan Danny. Posisi duduk Danny seperti raja minyak. Kedua tangannya di rentangkan, dan dia menggunakan kaca mata hitam besar. Itu satu-satunya barang yang tidak diambil, karena disimpan di saku dalam jaketnya.

            Don’t worry, guys. Nobody will recognize me (Jangan khawatir, tidak akan ada yang mengenalku.)”

            Danny memasang kupluk jaketnya, dan dia benar-benar tersamarkan. Hanya orang yang matanya jeli saja yang dapat mengenalinya sebagai Danny Jones.

            Jonah menjalankan mobil itu. Dia membawa Danny melihat monas, menerangkan bahwa monas adalah simbol dari Jakarta. Lalu ke melewati Istana negara. Dia sangat tertarik dan menyayangkan, kameranya berada di koper yang ada di kamar hotel.

            Mereka mengajak Danny makan siang di restoran ala Indonesia. Lidahnya tidak terlalu cocok dengan makanan Indonesia, tetapi Danny tetap berusaha untuk menikmati. Dia senang mencoba hal-hal baru. Dia ingin menjadikan kunjungannya di Jakarta berkesan.

            Danny juga minta diajari sedikit berbahasa Indonesia, siapa tau bisa diucapkannya saat konser nanti. Akhirnya, dia bisa mengatakan ‘Halo Jakarta, nama saya Danny Jones, dan saya senang berada di sini.’ dengan lancar. Dia sangat berterima kasih sekali pada Jonah dan Belinda yang telah membawanya jalan-jalan. Mereka cepat menjadi akrab, karena mereka berada di usia yang sama. Danny memang orang yang lucu dan menyenangkan. Dia banyak bercerita tentang dirinya, tentang keluarganya, teman-temannya, tentang tipe fans yang dibencinya, dan tentang hal-hal yang konyol. Tidak heran, hampir seluruh gadis penggemar The Heroes mencintainya. 

            Untuk lebih meramaikan suasana, Belinda memasang radio di sepanjang perjalanan. Tak disangka-sangka, lagu hits The Heroes, ‘You are my Eve.’ diputar.

            It’s your song! (Ini lagumu!)” teriak Belinda antusias. Danny mulai bernyanyi, diikuti oleh Belinda dan Jonah. Lagu yang pada awalnya berirama mellow lalu menjadi pop-rock di tengah-tengah sungguh menjadikan lagu itu keren. Mereka menyanyikan dengan gila, bebas, tanpa ada beban apapun. Itulah asyiknya menjadi anak muda.

            How many songs you will sing tonight, Danny? (Berapa lagu yang akan kau nyanyikan malam ini, Danny?)” tanya Belinda ingin tau.

            About 22 songs, from our first and second album (Sekitar 22 lagu, dari album pertama dan kedua kami.)”

            “Gila, gue udah enggak sabar, Jon! Pasti panggungnya keren banget deh.”

            “Iyalah. Pasti enggak kalah keren dengan panggung di negara-negara lain.”

            “Mereka akan selalu tampil keren.”

            Tidak terasa, acara jalan-jalan dengan Danny Jones akhirnya harus berakhir juga. Tiga setengah jam lagi, konser yang sudah ditunggu-tunggu itu akan segera dimulai. Sudah banyak orang yang mengantri di depan pintu untuk segera masuk ke dalam. Danny memperhatikan mereka dari kaca mobil Jonah.

            I never imagine, our Indonesian fans will be like that (Aku tidak pernah membayangkan, fans kami di Indonesia akan seperti itu.)” komentar Danny. Pasti bukan hanya orang Jakarta saja, tetapi dari luar daerah berbondong-bondong datang ke sana untuk melihat konser itu.

            But no one like us. We’re really lucky can meet you personal, talked, ate together, sang, and know you as an awesome guy, this will be a wonderful experience for us (Tapi tidak ada yang seperti kami. Kami merasa beruntung bisa bertemu denganmu secara pribadi, mengobrol, makan bersama, bernyanyi, dan mengenalmu sebagai pria yang menakjubkan. Ini akan menjadi pengalaman yang menarik bagi kami.)” kata Belinda panjang-lebar, dia merasa bersyukur bisa menolong Danny kemarin dan pergi bersamanya hari ini.

            Me too. I have a great day with you, guys. And thank you already saved me from those street guys, let me slept on your apartment, that’s really kind of you. I really happy to know you. You’re nice people. I hope we can be friends and someday we could meet again (Aku juga. Aku mengalami hari yang menyenangkan bersama kalian. Dan terima kasih atas kebaikkan kalian, telah menyelamatkan aku dari preman-preman itu, membiarkanku tidur di apartemenmu. Aku sangat senang mengenal kalian. Kalian adalah orang yang baik. Aku berharap kita bisa menjadi teman dan suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi.)”  seru Danny.

Mereka keluar dari mobil untuk mengantarkan Danny lewat pintu belakang, untuk menghindari serbuan fans. Dia memeluk Belinda dan Jonah. Belinda menangis tak karuan.

            Don’t worry. I’ll send you a birthday present next year, Belinda (Jangan khawatir, aku akan mengirimkan hadiah ulangtahun untukmu tahun depan, Belinda.)”

            “Thanks. I hope you’ll not forget us (Terima kasih. Aku harap kau tidak akan melupakan kami.)”

            “No. I’ll never forget my new good friends from Jakarta (Tidak, aku tidak akan melupakan teman baruku yang baik dari Jakarta.)” 

            Well, good luck (Semoga berhasil.)” kata Jonah, sebagai kalimat terakhir.

            Satu hal yang tidak pernah dibayangkan Belinda sebelumnya. Danny Jones mencium pipinya. Jantung Belinda terasa mau keluar. Dia tersenyum padanya, lalu berkata “Bye.” sambil melambai. Rasanya Belinda mau pingsan. Bukan saja mendapat tanda tangan, tetapi mendapat pelukkan dan ciuman. Betapa bahagianya dia. Dia tidak melepaskan pandangannya pada Danny, sampai anak itu berhenti di tengah jalan karena ada seseorang yang memanggilnya.

            “DANNY!” Orang itu berbadan tinggi besar, berkepala botak dan menggunakan baju hitam. Jonah yakin itu pasti salah satu kru rombongan The Heroes yang daritadi mencari Danny.  Dia berbicara di handy-talkynya sambil berjalan menghampiri Danny.  Orang itu tampak sedang memarahi Danny, karena menghilang tanpa kabar. Ternyata memang benar. Danny membuat semua orang khawatir.

            Tidak lama kemudian, datanglah beberapa orang lagi. Diantaranya adalah Mike, Simon dan Jared. Mereka semua sudah tidak sabar untuk menyerbu Danny dengan omelan-omelan tajam. Hampir saja konser itu dibatalkan karena tidak lengkapnya personil. Saking stressnya, Jim mengomeli Danny tanpa ampun. Dia membentak Danny, sampai-sampai Jonah dan Belinda ketakutan. Bukan hanya Jim saja, Mike, Simon dan Jared juga ikut mengomelinya, memberitahu pada Danny betapa frustasinya mereka mencari cara untuk tetap tampil di panggung, jika dirinya tetap tidak muncul hingga konser di mulai. Jonah dan Belinda hanya bisa melihat ‘pertunjukkan’ itu dari kejauhan.

            “Kasihan si Danny, dimarahi terus.” bisik Belinda, yang sebenarnya enggak rela Danny diperlakukan seperti itu.

            “Itukan konsekwensinya.” jawab Jonah singkat.

            “Jon. Gue enggak pernah sebahagia ini.”

            “Iya-iya. Semua mimpi lo jadi kenyataan kan? Jadi, nanti malam lo bakal mandi?” tanya Jonah iseng, mengingat pipi Belinda habis dicium Danny dan badannya habis dipeluk.

            “Iyalah. Gue enggak seLEBAI yang lo kira.”

            “Ya udah, ayo kita masuk, ngapain kita lama-lama disini?” seru Jonah, menarik tangan Belinda untuk masuk ke dalam mobil.

            Tiba-tiba Danny memanggil nama mereka, dan membawa mereka ke hadapan para kawanan The Heroes itu.

            Guys, this is Jonah and Belinda. My new friends who me from those street guys (Ini Jonah dan Belinda. Teman baruku yang menyelamatkan aku dari preman-preman.)”  Danny memperkenalkan mereka. Jonah dan Belinda menjadi salah tingkah sendiri, apalagi Belinda. Dia menjadi seperti orang cebol diantara manusia-manusia tinggi dan berbadan besar itu, serta memiliki pigmen yang berbeda.

            Thank you for your help. Danny is such a bad boy (Terima kasih untuk bantuan kalian. Danny adalah anak yang nakal.)” seru Jim, dengan nada yang masih terdengar geram. Dia memang tampak tegas. Tubuhnya tinggi dan kekar.

            We hope you enjoy our show tonight, and thank you. (Kami berharap kalian menikmati konser kami malam ini, dan terima kasih.)” kata Mike, mewakili teman-temannya. Lalu, mereka semua langsung cepat-cepat kembali ke dalam. Belinda melihat Danny melambai padanya, dan dia membalas lambaian itu, kemudian dia masuk.

***

            Konser memang dahsyat. Panggungnya dahsyat, efek suara, tata cahaya, kostum para personil, semuanya dahsyat. Keempat personil The Heroes sama-sama menawan. Mike pada drum, Jared pada bass, Simon pada gitar ritme, dan Danny pada vokal. Para fans berteriak tidak karuan, menyambut setiap lagu yang mereka bawakan dengan semangat. Semuanya sudah hafal dengan lagu-lagu The Heroes sehingga mereka bisa menirukannya. Dari lagu mellow, hingga lagu pop-rock, semuanya asyik. Mereka berjingkrak, mereka histeris, ramai sekali. Berulang-ulang kali mereka meneriakkan nama personil yang mereka sukai, termasuk Belinda, yang berdiri di antara kerumunan di dekat panggung.

            “Danny Jones, I LOVE YOU!” dia meneriakkan itu, berkali-kali, hingga mungkin suaranya akan habis keesokan harinya. Dia terlalu bersemangat, apalagi dengan adanya kejadian hari itu. Sebagai teman yang baik, Jonah juga ikutan kompak dengan Belinda. Dia juga ikut menyanyikan lagu hits The Heroes yang menjadi favoritnya, You are my Eve. Semuanya membuat keduanya sangat-sangat puas. Mereka tidak pernah merasa rugi telah mengeluarkan ratusan rupiah untuk pengalaman yang  berharga itu.

            “Ah! Seharusnya gue minta tanda tangan Mike di gitar gue! Gue lupa lagi tadi minta tolong si Danny!” seru Jonah di perjalanan pulang.

            “Haha. Kasihan lo, Jon. Kayak gue dong, kesampean dapat tanda tangan Danny yang besar.” Kata Belinda, dengan suara yang timbul tenggelam, habis karena sibuk berteriak-teriak. Tadinya saat pulang, dia mau menghampiri Danny lagi, tetapi karena banyak sekali bodyguard yang mengamankan para personilnya, maka Belinda malas, jadi dia memutuskan untuk pulang. Lagipula, dia sudah sangat puas bertemu Danny.

            “Heh, siapa coba yang ngomong sama Danny untuk mintain lo tanda tangan di tembok kamar lo, hah?”

            “Ehehe, iya sih. Habisnya gue malu. Makasih ya, Jon. Ngomong-ngomong, bahasa Inggris lo oke juga.”

            “Buat apa kita belajar bahasa Inggris kalau enggak dipraktekkin?”

            “Iya deh, gue ngerti. Tapi gue bener-bener seneng banget waktu Danny mempraktekkan kalimat Indonesia yang kita ajari itu! Lumayan juga kok, enggak jelek-jelek amat. Terus kayaknya dia sempet liat gue deh, trus dia melambaikan tangan ke gue, aah..”

            Jonah menggeleng-geleng. Lebai-nya Belinda kumat lagi.

            “Ngomong-ngomong, tahun depan gue dapat apa ya, Jon? Sebagai hadiah ulangtahun?”

            “Enggak tau. Kaos kaki kali.”

            “Apapun yang diberikan sama Danny, gue akan sangat menghargainya, sekalipun dia hanya memberi gue sebuah pistol air.”

            “Haha. Terserah lo deh."

            Setelah kejadian itu, dia beberapa kali mengirim e-mail pada Danny, dan Danny sempat menjawabnya walaupun tidak semuanya. Dia masih sibuk untuk konser di tempat lain. Dalam e-mailnya, dia mengatakan dia sangat menyukai tempat-tempat yang dikunjunginya, dan sangat menyukai pekerjaannya. Dia juga akan segera merilis album ketiganya.

Tidak lupa, sebagai hadiah ulangtahun, Belinda memberikan sebuah patung pajangan mobil dengan kepala berwajahkan Danny Jones yang benar-benar mirip dengan aslinya. Sedangkan sebagai balasannya, Danny memberikan sebuah boneka teddy bear dengan sebuah CD, berisi beberapa lagu yang diciptakannya sendiri, dan dinyanyikan dengan iringan gitar. Ada sebuah lagu yang khusus ditunjukkan padanya, dan judul lagu itu adalah ‘Belinda’ dan dia akan menjadikan lagu itu menjadi salah satu single di album ketiganya. Belinda sangat girang sekali, hingga telinga Jonah panas mendengar cerita Belinda dengan gayanya yang terlalu lebai. Tetapi apa mau dikata? Dia sudah terlahir seperti itu.

The Heroes banyak memberikan inspirasi kepada mereka berdua untuk membuat band sendiri. Mereka mencintai musik. Mereka berharap, suatu saat nanti, mereka juga bisa mempunyai band yang bisa go international, dan menjadi terkenal, sama seperti The Heroes. Dan kenangan gokil bersama Danny Jones, tidak akan pernah terhapus dari benak mereka, khususnya untuk Belinda.