Sabtu, 26 April 2008

#1 Cerpen

Kado Ulang Tahun


Randy tidur-tidur ayam di ranjangnya. Di luar hujan sedang mengguyur dengan deras. Walaupun biasanya hawa dingin hujan dapat membuatnya tidur pulas tetapi untuk kali ini dia sama sekali tidak bisa tidur. Sesekali dia membuka mata, lalu menyenandungkan lagu diiringi gitar yang berada di pelukannya. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.

“ Mas! Mas Randy! “ teriak Bibi dari luar.

“ Kenapa sih, Bi? “

“ Ada pacarnya tuh dateng. “ jawab si Bibi dengan Jawa medoknya.

“ Pacar? Sejak kapan gue punya pacar! “

“ Oh, kalau begitu temennya tuh dateng. “ Bibi mengoreksi kalimatnya.

“ Siapa? “

“ Bibi enggak tau namanya. Yang pasti orangnya cantik, terus putih. Rambutnya ikal-ikal gitu. Ngomong-ngomong Mas, mbok pintunya dibuka dulu! Masa Bibi ngomong sama pintu sih... “ Dengan malas Randy bangkit dari ranjangnya dan membukakan pintu. Ia melongok ke ruang tamu, berusaha cari tau siapa yang datang menemuinya. Telihat sosok seorang cewek yang sedang melihat-lihat hiasan dinding di ruang tamu. Mita! Ngapain sih dia dateng-dateng?!

“ Bi, bilangin sama dia gue lagi tidur. Gue lagi enggak pengen ketemu sama dia. “

“ Lho? Kok enggak mau ketemu sih? Dia udah jauh-jauh ke sini juga, hujan-hujanan lagi! Emang kenapa sih, Mas? Lagi berantem ya? “

“ Aduh, Lo enggak usah ikut campur deh, Bi. Mendingan Bibi ngelakuin apa yang gue suruh tadi. Pokoknya gue enggak mau tau. Kalau Lo enggak mau, gaji Lo gue potong! “

“ Wah, Mas. Jahat banget sih jadi orang. Bibi bukannya gimana tapi Bibi kasian sama temennya Mas Randy itu. “

“ Kenapa mesti kasian?! Terserah Bibi deh. Pokoknya kalau Bibi enggak mau, Gaji dipotong. “ Sambil mendengus pasrah, Bibi berjalan ke ruang tamu untuk menemui tamu itu.

“ Mbak, Mas Randy-nya lagi tidur. Mungkin dia kecapek-an. “

“ Lagi tidur ya? Ya udah deh enggak apa-apa. Bilangin aja kalau tadi saya dateng. “

“ Iya deh, Mbak. Mbak namanya siapa? “

“ Saya Mita. Kalau begitu saya pulang dulu ya, Bi. “

Dari teras atas rumahnya, Randy memperhatikkan Mita berjalan dibawah payungnya hingga Ia sudah menghilang di ujung jalan. Hatinya terasa sakit jika menjumpai gadis itu akhir-akhir ini. Semuanya karena suatu kejadian yang tak terduga. Sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja sebagai sahabat, tetapi ketika bulan lalu Ipon bercerita pada Randy kalau dia melihat Mita datang ke suatu club malam bersama Riza. Katanya mereka terlihat sangat mesra, dan Ipon juga melihat mereka berdua masuk ke sebuah motel di dekat club. Randy yang sangat percaya pada Ipon menganggap hal itu fakta, padahal dia belum lihat buktinya. Tentu aja dia enggak terima karena Riza adalah orang yang paling dibencinya di sekolah dan Mita adalah orang yang paling disayanginya.

HP Randy berbunyi tidak lama kemudian.

Ran, aku tw sbnrny kmu td lg ga tidur. Smp kpn si kmu akn trs mnghndr dr aku? Smp kpn jg kmu bkl trs prcya sm brita mrhan itu? Ran, aku kngen bgt sm kmu. Aku pngn ngbrl sm kmu lg.

Mita

SMS dari Mita itu langsung di hapusnya, lalu Ia melempar Hpnya ke sofa. Sebenarnya ada sebagian dari hatinya yang mengatakan bahwa seharusnya Ia mempercayai Mita karena dia tidak punya bukti untuk menyalahkan Mita. Tapi sebagian lagi mengatakan bahwa mana mungkin Ipon membohonginya! Ipon itu orang yang paling enggak suka usil. Apalagi ini adalah suatu persoalan yang bukan seharusnya menjadi bahan mainan. Kepala Randy sudah terlalu pusing untuk memikirkan semua itu.

“ Gimana, Mit? Dia mau ketemu? “ Sehabis dari rumah Randy, Mita mampir di cafe tempat Winda bekerja. Enggak ada yang bisa menerima curhatannya lagi selain Winda. Sebenernya curhat dengan Randy juga enak. Tapi karena Randy terlihat sedang memusuhinya, maka kali ini dia enggak bisa. Apalagi ini tentang Randy sendiri.

Engga, Win. Dia jahat banget. Dia nyuruh Bibinya bilang sama gue kalau dia lagi tidur. Padahal gue tau persis kalau dia itu enggak tidur. Sejak kapan sih Randy tidur siang? Gue tuh sempet denger suaranya dia lagi bisik-bisik sama Bibi di depan kamarnya. Gue sih enggak maksa kalau dia emang enggak mau ketemu sama gue. Jadinya gue tinggalin aja rumahnya. “ seru Mita sambil menyedot es lemon tea-nya. Winda menghela nafas.

“ Emang brengsek itu orang. Jelas-jelas apa yang dia denger itu enggak sesuai fakta. Bahkan elo-nya sendiri udah nyeritain ke dia semua kegiatan Lo hari itu, hari dimana Ipon ngira Lo ke club bareng Riza. Gue bilang sih matanya si Ipon yang eror. Ipon pernah mikir enggak sih kalo elo itu pasti ga bakal mau diajak jalan sama si Riza?! “ saking terbawanya dengan suasana, Winda jadi terlalu berapi-api sehingga Mita jadi takut sendiri.

“ Gue udah capek, Win. Minta maaf, ngejelasin ulang, tapi dia-nya tetep aja engga mau ngerti. Kenapa sih dia itu keras kepala banget? Gue jadi gemes sendiri tau ga. “

***


Perlakuan Randy terhadapnya di sekolah tetap saja sama. Dingin dan seakan-akan tidak pernah menganggap bahwa adanya Mita di sana. Kepala Mita terasa enggak enak karena dia enggak berani menengok ke samping, hanya sekedar untuk menyapa Randy yang duduk di sebelahnya. Padahal biasanya mereka itu selalu menjadi sumber keributan di kelas. Teman-teman juga mulai bingung dengan mereka berdua, karena pasangan pembuat ribut kelas mereka lagi pensiun dari pekerjaannya. Mereka berdua juga seakan-akan seperti musuh bebuyutan. Randy selalu melemparkan tatapan sinisnya kepada Mita setiap kali pandangan mereka bertemu. Mita yang pada awalnya berusaha biasa saja menghadapinya, tapi lama-lama dia seperti kehilangan teman ngobrolnya. Walaupun masih ada Winda, tapi terasa ada yang hilang dari dirinya. Dia jadi pengen nangis setiap kali kalau melihat Randy ngobrol dengan teman lainnya, atau melihat Randy pergi ke kantin sendiri tanpa mengajak dirinya. Randy juga udah enggak mau satu kelompok lagi dengannya dalam kerja kelompok, sehingga Mita dan Winda harus mau bekerja sama dengan si ‘freak’ Lando sebagai pengganti Randy. Melihat temannya yang lama kelamaan seperti enggak punya semangat hidup itu, Winda bertindak.

“ Woi, mana ketua kelas Lo?! “ teriak Winda pada seorang cowo yang duduk di deket pintu kelas Riza.

“ Tuh, lagi mojok. “ Winda langsung menghampiri mangsanya yang sebenernya lagi asyik-asyiknya ngobrol di tengah-tengah para cewek, menarik kerah bajunya lalu menonjoknya dengan sekuat tenaga. Cewek tomboy itu sangat berpengalaman sekali dengan yang namanya berantem dengan cowok, jadi main tonjok-menonjok bukan masalah bagi dia. Saat Winda melakukan aksinya, banyak cewek yang memekik kaget, sehingga murid-murid yang lagi ada di kelas itu berkumpul mengelilingi mereka.

“ Apa-apaan sih Lo?! “ protes Riza—yang merasa dia engga ada salah apa-apa tapi ditonjok—

“ Za, mendingan sekarang Lo kasih tau yang sebenernya. Elo pernah enggak ke club malam bareng sama Mita?! Pernah ga? “ bentak Winda. Walaupun badannya jauh lebih pendek dari Riza, tapi Winda enggak terlihat takut sedikit pun.

“ Ke club malem apaan sih? “

“ Alah, enggak usah PURA-PURA tolol deh Lo! Pernah enggak Lo ngajak Mita ke club? “ Winda mengulangi lagi pertanyaannya, kali ini dengan suara yang lebih lantang dan berani.

“ Mita yang mana sih? Tau aja enggak! “ Melihat tingkah laku Riza, Winda jadi gemes. Sebenernya dia ini itu pura-pura atau bohongan sih?

“ Gue emang pernah ke club malem bareng cewek, tapi itu sama cewek gue! Sama dia tuh! “ Riza menunjuk satu cewe yang sedang berdiri di antara kerumunan. Begitu melihat cewek itu, Winda jadi kaget sendiri. Rambutnya yang ikal dan wajahnya mirip sama Mita. Apa mungkin dia yang diliat Ipon?

“ Beneran Lo enggak tau Mita itu yang mana? “

“ Enggak. “

“ Lo tau enggak siapa gue? “

“ Enggak juga. “

Winda mengurung niatnya untuk menghabisi anak itu karena terlihat kesungguhan dari wajahnya. Si Playboy tikus itu enggak mengenali Mita. Menurut pendapatnya, kalau cowok mengajak seorang cewek untuk pergi dengannya, paling enggak si cowok ini udah kenal dengan si cewek, dan yang pasti tau namanya. Riza juga enggak kenal dirinya, padahal Winda sudah termasuk anak yang cukup terkenal di sekolah. Malahan, banyak fansnya (yang kebanyakan adik kelas) karena dia cewek yang jago berantem.

“ Elo tuh aneh banget ya, masa udah 3 taon sekolah tapi anak-anak seangkatan Lo enggak tau?! Selama ini elo kemana aja, Bang? “ Winda keluar dari kelas itu dengan membuat suatu pernyataan bahwa yang dilihat Ipon itu emang salah. Sampai di kelas, Winda menceritakannya pada Mita bahwa Ia melihat ada cewek yang mirip banget dengan dirinya. Cewek pacarnya Riza itu bukan angkatannya, sepertinya anak kelas satu karena Winda seperti baru melihatnya. Mita menjadi semakin semangat. Itu artinya yang dilihat Ipon itu memang bukan dia. Dengan begitu Randy pasti bakal mau memaafkannya. Mita menyuruh Ipon untuk memberitahu Randy. Tapi hasilnya sama saja. Randy tidak pernah mau menerima telponnya. SMSnya tidak dibalas. Malahan waktu habis selesai praktikum Biologi, Randy berlari menyenggolnya di tangga hingga semua buku-buku Mita jatuh.

“ Punya mata enggak sih Lo, Ran?! “ kata Winda marah. Boro-boro Randy minta maaf dan membantu mengambil buku-buku Mita yang jatuh, nengok aja enggak! Dia malah melengos pergi begitu aja, seakan-akan dia enggak ngelakuin apapun. Hati Mita menjadi semakin pedih. Kenapa sahabat yang selama ini berada di sisinya kini terasa sangat jauh?

***

“ Buat Lo! “ Ipon melemparkan suatu amplop pada Randy saat mereka sedang bersama-sama latian basket.

“ Apaan nih? “ Randy memperhatikkan amplop berwarna biru dengan tulisan ‘Untuk Randy’ di depannya. Sepertinya berisi kartu.

“ Undangan ulang tahunnya Mita. Dia nitipin ke gue tadi pagi. “ Randy langsung melempar balik amplop itu ke Ipon tanpa melihat dulu isinya.

“ Gue enggak mau dateng. “ jawabnya dingin. Ipon melempar bolanya lalu duduk di sebelah Randy.

Man, apa susahnya sih maafin dia? Gue kan udah bilang. Kalau yang gue liat di club malem bareng Riza itu ternyata pacarnya Riza, anak kelas 1 yang di mirip banget sama Mita. Awalnya gue emang enggak percaya, tapi begitu gue dikasih liat sama Winda, emang bener. Terus gue dikit-dikit inget, ternyata emang dia yang gue liat! Terbukti kan kalau Mita itu enggak salah? Lo bayangin deh, selama sebulan ini Mita berusaha buat minta maaf sama Lo, tapi Lo-nya yang enggak mau maafin dia. Enggak usah main gengsi-gengsi-an deh. Mita kan bukan orang asing di hidup Lo. Lo tau enggak, gara-gara ini Mita jadi kayak enggak punya semangat hidup. Bahkan katanya Winda nilai-nilainya jadi turun, dia pun jadi pendiem. Itu kan bukan Mita yang kita kenal! Gue tau kalo elo tuh sebenernya suka sama dia. Kenapa sih? Ngomong ‘ gue maafin elo ‘ aja susah banget? Apa perlu gue ajarin elo ngomong kalimat itu? Huh? “

Randy mengambil tasnya, lalu berdiri dan hendak meninggalkan lapangan. Dia tidak bereaksi terhadap kata-kata Ipon.

“ Mau kemana Lo? “

“ Pulang! Enggak minat gue latian! “

***

Hari ini ulang tahun Mita. Mita sangat berharap ulang tahunnya kali ini akan menjadi ulang tahun yang enggak bakal pernah bisa dilupain, artinya ulang tahun paling berkesan, karena pertama kalinya dia pesta besar-besaran. Biasanya dia hanya mengundang beberapa teman dekat saja, tetapi kali ini dia bisa mengundang 40 orang lebih ke pestanya! Teman-teman sekelas dan beberapa teman dari kelas lain di sebuah restoran. Jam 12 pagi dia sudah dikagetkan dengan SMS yang datang dari Winda. Ucapan selamat ulang tahun pertama, dilanjutkan dari abangnya yang sedang sekolah diluar negri, lalu dari teman-teman lainnya. Pagi hari saat mau berangkat sekolah, orangtuanya sudah merayakannya kecil-kecilan dengan memotong kue “opera” kesukaannya. Di kelas pun dia disambut dengan meriah oleh teman-teman sekelas. Semuanya memberikan salam, tapi yang paling diharapkannya memberikan selamat ternyata cuma duduk di kursinya sambil mendengarkan i-pod sambil baca buku. Mungkin orang itu sama sekali enggak tau kalau Mita udah nyampe di kelas gara-gara sibuk denger musik. Sampai Mita duduk di kursinya pun, Randy tetap asyik sendiri dengan i-pod dan bukunya. Saat itu juga rasanya pengen nangis. Baru pertama kalinya Randy enggak menyelamatinya. Padahal tahun-tahun sebelumnya, Randy dan Winda saling cepet-cepetan kirim SMS duluan buat Mita. Di kelas pun Randy yang terlihat paling semangat membicarakan pesta makan-makan, dan hadiah Randy pula yang selalu ngebuat Mita merasa sangat beruntung punya teman yang begitu tajir. Tahun lalu Randy memberinya sebuah HP keluaran terbaru, dan HP itu dipakainya hingga sekarang. Tahun ini semuanya berbeda. Mita merasa hari itu Randy benar-benar memusuhinya. Sewaktu buku Mita jatuh dari meja, Randy tidak membantu mengambilnya. Dia malah berdiri dari kursinya, menginjak buku itu lalu berjalan keluar kelas. Saat Mita sedang berhati-hati membawa semangkok bakso di kantin, Randy menyenggolnya hingga ½ kuahnya membasahi baju Mita, dan cewek itu harus menderita kepanasan. Bahkan Randy pun melaporkan pada gurunya kalau Mita makan permen saat pelajaran sehingga Mita dimarahi habis-habisan dan disuruh berdiri di luar kelas tidak boleh ikut pelajaran, kebetulan guru yang sedang mengajar adalah guru yang cukup galak. Winda ingin sekali mewakilkan Mita untuk menggebuk cowok itu, kalau perlu dengan pukulan base-ball sekalipun biar remuk tulang-tulangnya, tetapi Mita tidak mengizinkannya. Lagipula Winda sudah insyaf enggak mau berantem dengan Randy, karena hasilnya fatal. Waktu kejadian Randy baru memusuhi Yana bulan lalu, Winda pernah menghajarnya. Ketahuan kepala sekolah, dipanggilah orangtuanya. Dia udah enggak mau lagi. Mita sudah sangat yakin, pasti undangan darinya sudah dibuang oleh Randy, dan anak itu pastinya tidak akan datang.

“ Sebenernya gue udah ngasih kok ke dia, cuma...dia... “ jawab Ipon begitu ditanya Mita udah memberikan undangannya pada Randy apa belum.

“ Gue tau, pon. Dia pasti enggak mau dateng kan? “

“ Pesta Lo enggak bakal jadi sepi kan sekalipun Randy enggak dateng? Masih ada gue, ada Ipon, ada temen-temen sekelas! Mereka semua sayang sama Lo! Anak itu mah enggak usah di arepin. Keras kepala banget! “ seru Winda bersemangat.

“ Iya! Masih ada gue kok yang mau ngabisin makanan-makanannya! “ Ipon enggak mau rugi. Soal makanan, Ipon emang nomor satu.

“ Dasar Lo. Makan aja yang digedein! “ Winda menjitak kepala Ipon. Mita tertawa melihat tingkah laku kedua orang itu.

“ Idih! Dia ketawa.. “ kata Ipon sambil menunjuk wajah Mita.

“ Norak Lo, Pon! Emangnya se-jarang apa sih gue ketawa? “

“ Jarang banget...sejak....ya sejak itulah “ Ipon berusaha enggak mengungkit kejadian itu lagi.

“ Ya tapi sekarang udah enggak kan? “

“ Emang seharusnya begitu. Di hari ulangtahun mana boleh nangis, ya ga? “ seru Winda dan Mita meng-iyakan.

***

Pesta terasa sangat meriah. Restoran yang khusus dipesan untuk ulang tahun Mita terlihat sangatlah indah. Sebuah ruangan yang tadinya biasa-biasa saja bisa disulap menjadi suatu ruangan yang sempurna, bernuansa biru—warna kesukaan Mita. Sang Birthday Girl memakai gaun berwarna biru tanpa lengan yang panjangnya hingga sampai ke betis. Rambutnya yang ikal dibiarkan terurai.

“ Cie...cantik banget sih! “ goda Winda saat memperhatikan Mita yang sedang mengaca. Mita cuma senyam-senyum aja. Wajah Mita memang manis, dan body-nya yang bagus. Sebenernya cocok banget kalau jadi pasangannya si Randy. Randy yang ganteng dengan badan tegap dan Mita yang manis dan sexy. Oke punya! Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Itu artinya sudah ½ jam yang lalu pesta dimulai. Tamu-tamu sudah semakin banyak yang datang. Orang tua Mita terlihat sedang asyik mengobrol dengan Oom-tante Mita yang di undang. Sudah banyak juga hadiah yang diterima

“ Dia mah enggak usah ditungguin, Mit. “ Winda udah bisa baca pikiran Mita, yaitu mengharapkan Randy akan muncul. Memang sepertinya dia tidak datang. Randy bukan tipe orang yang suka telat. Dia selalu on-time, atau mungkin sebelum waktu yang ditentuin dia udah datang duluan. Ini pertama kalinya gue ngerayain ultah enggak bareng Randy...

“ Lo seharusnya happy dong! Ini kan sweet seventeen elo! Pesta yang Lo tunggu-tunggu kan? Jangan gara-gara satu orang aja, elo jadi enggak bisa enjoy! Randy enggak usah dipikirin. “ Winda senantiasa menghibur Mita, yang tampangnya langsung terlihat BT gara-gara Randy enggak muncul-muncul. Sweet Seventeennya yang dia harapkan menjadi ultah yang paling indah mungkin akan jadi yang paling buruk karena tidak datangnya Randy.

“ Teman-teman sekalian, kita kumpul di depan panggung! Karena sekarang Mita bakal tiup lilin ! Kita panggil Mita-nya ya... “ Ipon—yang bekerja sebagai MC malam itu, menyuruh teman-temannya berkumpul di depan panggung dan memanggil Mita untuk meniup lilin. Mita dan Winda berjalan menghampiri kue ultah cantik yang udah ada di depan panggung. Mama dan Papa berdiri di kanan dan kiri-nya. Lilin-lilin kecil yang berjumlah tujuh belas sudah menyala, menunggu ditiup oleh Mita.

“ Sebelum tiup lilin, make a wish dulu, Mit. “ kata Ipon. Mita memejamkan matanya. Hari ini hari yang mengubahnya menjadi lebih dewasa lagi. Udah enggak ada manja-manjaan dengan Mama Papa, semuanya harus mandiri. Dunia yang sebenarnya udah ada di depan mata. Gue berharap semoga Randy mau maafin gue, dan kita enggak musuhan lagi...Tiba-tiba ada sebuah kecupan yang mendarat di pipi-nya. Mita kaget, Ia cepat-cepat membuka matanya untuk melihat siapa yang melakukannya, mama atau papa? Ternyata...

“ Randy? “ Mita kaget ½ mati karena disebelahnya berdirilah seorang Randy, yang malam itu bener-bener ganteng banget, dengan menggunakan kemeja berwarna hitam. “ Kamu kok? “ Mita enggak bisa berkata-kata lagi saking kagetnya.

“ Kamu kaget aku dateng? Jahat banget sih kamu. Kamu mengharapkan aku enggak dateng ya? “

“ E..enggak...soalnya aku kira kamu enggak bakal dateng karena kata Ipon kamu enggak mau terima undangan aku... “

“ Sebenernya aku emang sempet enggak mau terima, tapi akhirnya tadi pagi aku minta undangannya. Lagipula, pernah enggak sih aku enggak ikut ngerayain ultah kamu? Apalagi ini Sweet Seventeen. “ Randy senyum. Oh My God...Randy ganteng banget...

“ Maafin aku ya, Mit atas semuanya. Akhir-akhir ini aku suka sensiin kamu. Terus terang aja sebenernya aku enggak tega, tapi aku kebawa emosi. Ipon emang udah kasih tau aku kalau yang diliat ke club bareng Riza itu bukan kamu. Sekarang aku percaya sama kamu— “ Randy belum menyelesaikan kalimatnya tetapi Mita sudah memeluknya. Gadis itu langsung menangis. Air mata yang selama ini ditahan-tahannya untuk tidak keluarnya akhirnya keluar juga saat itu. Kepedihan yang selama ini ada di hatinya tiba-tiba menghilang. Mita lega, karena Randy sudah memaafkannya. Mita juga senang karena sekarang dia bisa ngobrol lagi dengan Randy. Randy enggak jadi musuhnya. Randy balas memeluknya. Semuanya bertepuk tangan melihat adegan itu. Mama dan Papa yang berdiri disebelah Randy pun ikut-ikutan.

“ Itu artinya kelas kita besok bakalan ribut lagi nih! “ bisik Winda pada Marsha, salah satu teman sekelasnya.

“ Siap-siap aja besok bakal ditegur guru-guru lagi! “ balas Marsha. Sehabis itu Mita meniup lilinnya, lalu Ia memotong kue-nya. Potongan pertama tentunya untuk Mama, lalu untuk Papa, baru untuk Randy dan untuk Winda.

“ Happy Birthday ya, cantik. “ Randy mencium pipi Mita lagi. Jantung Mita jadi berdetak kencang. Malam itu sudah dua kali pipinya dicium Randy. Bahagianya dua kali lipat!

“ Wees...udah dicium dua kali nih ama Bang Randy.. “ celetuk Winda yang baru datang sambil membawa sepiring kue tart Mita.

“ Apaan sih Lo, Win! “ ucap Mita sambil malu-malu.

“ Diih, mukanya merah! “ Winda menunjuk wajah Mita yang emang terlihat merah.

“ Mana, mana?? “ Randy mau ikut-ikutan lihat, tapi Mita menghindar, akhirnya Randy memeluknya lagi sambil tertawa.

“ Hh..Lo berdua udah bae’an gue juga ikutan seneng. Itu artinya gue enggak bakal nemuin mukanya Mita di tekuk-tekuk lagi! “ Winda sebenernya rada-rada capek juga kalo tiap hari harus meladeni unek-unek Mita tentang sikap Randy yang berubah. Tapi ternyata semuanya berakhir dengan happy end!

“ Yah, berarti besok dua makhluk pengacau kelas bakal beraksi lagi.. “

“ Iya dong!! Gue udah enggak sabar buat ngebuat kelas kacau lagi! Iya ga, Mit? “ Mita cuma manggut-manggut merespon komentar Randy.

“ Elo kapan datengnya sih Ran? Gue aja kaget waktu tiba-tiba elo nongol dan langsung berdiri di sebelah Mita! “

“ Hehe, sebenernya gue udah dateng dari tadi. Bahkan sebelum pesta di mulai gue udah nyampe, tapi gue sengaja ngumpet. Gue mesti ngasih tau Ipon dulu rencana gue, dan minta izin juga ama bonyoknya Mita, kalo enggak gue mah udah digorok cium-cium anaknya sembarangan! Tapi kayaknya bonyoknya udah ngerestuin gitu hubungan gue ama nih anak! “ Randy menjelaskan rencananya sambil mengacak-acak rambut Mita.

“ Aduh, rusak tau! “ bentak Mita sebel.

“ Hubungan? Lo punya hubungan apa emangnye? Jangan-jangan elo berdua jadian lagi tanpa sepengetahuan gue! “

“ Sebenernya kalimat yang bener adalah akan jadian. “ mendengar kata-kata Randy, Mita kaget. Randy mau jadian sama gue? Tiba-tiba Randy memegang bahu Mita, dan memutar badan gadis itu kehadapan dirinya. Randy memandang mata Mita dengan serius.

“ Mita, kamu mau enggak jadi pacar aku? “ Rasanya Mita pengen nangis lagi. Randy emang bener-bener nembak dia. Tempat hari ulang tahun, di Sweet Seventeennya. Dia enggak mau berpikir lama-lama. Karena dia sudah tau jawabannya.

“ Mau. “

Hari ini emang bener-bener enggak bakal gue lupain. Ultah yang paling manis diantara ultah sebelumnya. Gue emang terima banyak kado yang bagus-bagus dari ortu maupun dari temen-temen. Tapi kado yang paling manis diantara semuanya adalah Randy mau maafin gue. Kita udah enggak lagi berantem ataupun saling diem-dieman. Dan.....kado yang paling istimewa adalah gue jadi pacar Randy.

First time...

Hei! ini pertama kali-nya gue bikin blog. Sebelumnya memang malas sekali karena lagi enggak ada waktu, tapi akhirnya...

Ada waktu juga.
Sesekali bisa menumpahkan apa yang pengen gue utarakan.
Daripada sibuk nulis-nulis di diary,
capek.

lebih modern dikit..
oke juga! ^^

cheers